Senin, 06 Maret 2017

MAHABATULLAH : Menuju Kesempurnaan Iman

MAHABBATULLAH: 
Menuju Kesempurnaan Iman

Oleh : K.H. Drs. Malikun, M.Pd.I.
(Pengasuh Ponpes Al Adzkar)

1.      Pendahuluan

Salah satu tanda iman yang sempurna adalah dicintainya Allah SWT dan Rasulullah SAW melebihi cintainya kepada yang lain. Cinta yang dalam bahasa Arab disebut mahabbahmerupakan aspek penting dalam ibadah kepada-Nya di samping takut (khauf) dan berharap (raja). Iman merupakan pondasi yang kokoh untuk menuju kesempurnaan ibadah.

Dua variabel, mahabbah dan iman, merupakan proses penghambaan (ubudiyah) yang saling menguatkan dan saling menyempurnakan. Mahabbah menjadikan mukmin merasakan nikmatnya iman, sedangkan iman meningkatkan kualitas ibadah seorang mukmin yang di dalamnya terkandung hauf, raja, dan mahabbah.Dengan demikian, kajian “Mahabbah: Menuju Kesempurnaan Iman” menjadi sangat penting bagi perjalanan iman seorang mukmin agar tetap hidup lurus (istiqamah).

 Dari uraian di atas, muncul pertanyaan, apa hakikat mahabbatullah? Bagaimana ciri-ciri mahabbatullah? Bagaimana tingkatan mahabbatullah? Dari ketiga pertanyaan tersebut, penulis memfokuskan kajian ini dalam tiga poin, yaitu hakikat mahabbah, ciri-ciri mahabbah, dan tingkatan mahabbah.

2.      Hakikat Mahabbatullah

Mahabbahadalah bentuk masdar (pembendaan) dari madhi (bentuk dasar) ‘habba’yang berarti mencintai atau menyukai. Sedangkan mahabbah berarti cinta atau kasih.[1]Dengan demikian, mahabbatullah adalah perbuatan hati (‘amaliyah qalbiyah) yang berupa cinta dan kasih kepada Allah SWT yang nampak dalam bentuk amal shalih.

              Hakikat mahabbatullah adalah tunduk dan patuh pada syariat (peraturan hidup) yang telah ditetapkan Allah SWT. Dasar mahabbatullah adalah iman dalam hati seorang mukmin. Dalam hal ini, Allah SWT telah berfirman, “Walladziina aamanuu wattaba’athum dzurriyyatuhum bi imaanin...” (=Dan orang-orang yang beriman dan anak keturunannya yang mengikutinya dengan iman).[2]

              Hakikat mahabbatullah adalah menjadikan Allah SWT sebagai tempat terbaik bagi pelabuhan cintanya dan bukan kepada makhluk karena cinta kepada makhluk hanya cinta rendah yang diselimuti syahwat. Allah SWT-lah tempat terbaik bagi kembalinya seorang mukmin, seperti telah difirmankan, “Wallahu ‘indahu husnul ma-aab” (=Dan di sisi Allah tempat kembali yang baik).[3]

            Cinta kepada Allah berbeda jauh dari cinta kepada makhluk. Syahwat memperkokoh cinta manusia kepada makhluk. Sedangkan cinta kepada Allah diperkokoh dengan kepatuhan terhadap syariat. Jadi, aplikasi cinta kepada Allah adalah iman yang kokoh dalam hari dan ditindaklanjuti dengan melaksanakan semua syariat Allah SWT.

3.      Ciri-ciri Mahabbatullah

              Seorang mukmin yang sangat mencintai Allah SWT terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut: selalu mengingat, memuji, ridha, jihad, takut, berharap, dan tunduk. Cinta seorang mukmin kepada Tuhannya akan terasa getaran hatinya jika Allah SWT disebut-sebut. Allah SWT telah menerangkan dalam al Quran, “Innamal mukminuunalladiina idzaa dzukirullahu wajilat quluubuhum” (=Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang jika disebut nama Allah maka bergetarlah hatinya).[4]

              Cinta kepada Allah nampak pada kekaguman mukmin kepada Allah dalam setiap akhir perbuatan baiknya dengan mengucapkan alhamdulillahirabbil’alamiin karena hanya Allah-lah yang menciptakan perbuatan baik tersebut. Begitu pula, perasaan ridhanya menerima apapun yang diberikan Allah mesipun pemberian Allah itu sedikit, “Radhiyallahu ‘anhum waradhuu ‘anhu”(= Allah meridhai amal mukmin yang sedikit karena mereka ridha terhadap pemberian Allah meski sedikit).[5]

Cinta kepada Allah diwujudkan dengan semangat berjuang menegakkan dienullahdengan jiwa,raga dan hartanya karena berharap ridha-Nya. Dalam setiap aktivitas ibadahnya, muncul perasaan takut kepada Allah, takut akan azabnya (bila syariat-Nya tidak ditaati), sekaligus berharap kelak bertemu Allah pada hari kiamat kelak sehingga selalu rindu kepada-Nya. Kehidupannya dipenuhi kepatuhan dan tunduk kepada semua ketentuan-Nya.

4.      Tingkatan Mahabbatullah

              Cinta kepada Allah (mahabbatullah) seorang mukmin memiliki tiga tingkatan, yaitu cinta kepada Allah dengan menghambakan diri, mesra kepada Rasulullah SAW dan risalahnya, dan cinta serta rindu kepada mukmin lain. Tingkatan tertinggi mahabbatullah adalah menghambakan diri kepada Allah, menyembah-Nya, dan tidak pernah menyekutukan-Nya kepada apapun atau siapapun karena keinginannya mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah sebagai muttaqun[6]

              Tingkatan mahabatullah di bawahnya adalah merindukan Rasulullah SAW, melaksanakan sunah-sunahnya, dan istikomah pada risalah-risalahnya atau agama Islam. Cintanya kepada Allah akan mendorong cinta kepada Rasulullah SAW karena Allah SWT sangat mencintai Rasulullah. Bagitu pula cinta kepada Rasulullah akan dengan senang hati menegakkan agama Islam.

             Setelah mencinta Allah dan Rasul-Nya, mukmin akan mencintai siapapun yang dicintai keduanya yaitu mukmin. Oleh karena itu, antarmukmin seharusnya saling mencintai karena sama-sama dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.

5.      Penutup

              Akhirnya, mahabbatullah pada hakikatnya aplikasi iman seseorang yang sedang berproses menuju kesempurnaannya. Mahabbbatullah diwujudkan dengan menghambakan diri kepada Allah, mencintai dan merindukan Rasulullah, dan mencintai mukmin yang lain.

            Dengan mahabbatullah, kita sempurnakan iman dan kita eratkan persaudaraan sesama mukmin sehingga rahmat Allah akan senantiasa dipancarkan kepada kita sampai pada hari akhir. Wallahu a’lam bishshawab.




[1] K.H.Adib Bishri dan K.H.Munawwir AF, “Al Bisrin Kamus Arab-Indonesia”, Surabaya: Pustaka Progresif, 1999 hlm. 95-96
[2]Q.S. ath Thuur [52]: 21
[3]Q.S. Ali Imran [3]: 14
[4]Q.S. al Anfal [8]: 2
[5]Q.S. al Bayyinah [98]: 8
[6]Q.S. al Baqarah [2]: 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...