Oleh : Abah Malikun
(Pengasuh Ponpes Al Adzkar)
1. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk Allah yang
paling mulia. Kemuliaan manusia terletak pada bentuk fisik yang paling bagus
dibanding yang lain.[1]
Coba saja kita bandingkan diri kita dengan hewan misalnya. Tentu saja kita
(manusia) paling bagus. Oleh karena itulah, kata ‘cantik’ dan ‘tampan’ hanya
pantas diperuntukkan kepada manusia.
Kemuliaan manusia yang lain berupa karakter
yang adil, keseimbangan ketika berdiri, kecerdikan akalnya, kepahaman dalam
ucapan dan berisyarat serta tulisan, petunjuk terhadap berbagai pekerjaan dan
tempat tinggal, serta keahlian dalam mengelola bumi.
Betulkah semua manusia menyadari kemuliaan
tersebut? Keindahan bentuk yang telah dikaruniakan oleh Allah akan sirna
manakala manusia tidak mengisinya dengan iman dan perbuatan yang baik.[2]
Lalu di mana letak kemuliaan manusia tersebut? Tulisan ini akan memaparkan
kemuliaan manusia dari segi akalnya.
2. Kemuliaan Manusia secara Umum
Dalam al Quran
Allah telah menyatakan bahwa manusia itu makhluk yang dimuliakan berupa
kesempurnaan bentuk, karunia rezeki yang baik, alat transportasi
daratan-lautan-udara. Dalam Quran surat al Isra ayat 70, Alah telah berfirman
(yang artinya),
"Dan sungguh kami telah muliakan anak cucu Adam, dan kami angkut
mereka di darat dan dilaut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik,
dan kami lebihkan mereka diatas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan
kelebihan sempurna"
Manusia adalah mahluk yang
sempurna, dibandingkan dengan mahluk yang lain. Manusia terdiri dari dua unsur
penciptaan, yaitu bumi (tanah) dan langit (ruh).Tentu saja kesempurnaan itu karena
dibandingkan dengan makhluk juga, beda dengan Malaikat (cahaya) dan jin (api)
saja.
Ke mana pun manusia bepergian
sekarang ini alat transportasi semakin canggih. Mau cepat, biasa, atau santai
semuanya tersedia. Jarak jauh bukanlah hambatan bagi manusia untuk melakukan
perjalanan. Sebagai contoh, jamaah haji Indonesia hanya membutuhkan kira-kira
12 jam untuk sampai ke tanah suci. Begitu pula untuk pergi ke nagara lain yang
amat jauh pun manusia tidak mengalami kesulitan. Bukankah ini adalah karunia
dari Allah?
Begitu pula makanan dan minuman yang dinikmati
manusia. Tidak saja rupanya yang beraneka kemasan, lezat rasanya, tetapi juga
bernilai gizi yang tinggi. Manusia dibimbing oleh Allah untuk menciptakan
beraneka makanan dan minuman yang berkualitas tinggi. Sekedar contoh saja, air
mineral dengan teknologi tinggi diolah menjadi air yang segar dan berguna bagi
kesehatan tubuh terutama organ ginjal.
3.
Kemuliaan
Manusia karena Akalnya
Termasuk dari kesempurnaan
manusia adalah dengan adanya akal dan jiwa. Nurani dan nafsu bertumpu pada
keduanya.
Diriwayatkan, sesungguhnya 'Amr bin Ka'ab
dan Abu Huroiroh r.a. Mereka berdua menjumpai Rosulullah di rumah Beliau,
kemudian mereka bertanya:ya Rosulullah, siapa yang paling mengetahui manusia?
Orang berakal. Siapa lebih utamanya manusia? Orang berakal. Rosulullah
melanjutkan, segala sesuatu ada tandanya, tanda orang mu'min akal, dan setiap
kaum ada pemimpin, sedangkan pemimpin mu'min adl akal, dan setiap kaum ada
puncaknya yaitu akal.[3]
Akal merupakan tanda kemanusiaan
yang paling menonjol. Dengan akalnya, manusia bisa bertahan berdiri sebagai
manusia yang diunggulkan oleh Allah. Tanpa akal, manusia tidak ada artinya sama
sekali. Lalu, akal yang bagaimana yang dimaksudkan diatas?
Dari.'Aisyah r.a, beliau berkata, "Akal terdiri dr 10 juz
(bentuk), 5 dhahiriyah dan 5 bathiniyah. Adapun yang dhahiriyah: 1. Shumtu (diam), Rosulullah
bersabda: "Barang siapa yang diam maka dia selamat" "Barang
siapa yang banyak bicara maka banyak salahnya".2. Hilm (sabar+bijaksana).3.
Tawadhu' (rendah hati), Rosulullah bersabda; "Barang siapa yang rendah
hati maka Allah mengangkat derajatnya, dan barang siapa yang sombong maka Allah
akan menjadikannya rendah diri".4. Amar ma'ruf Nahi mungkar (menyuruh
kebaikan dan mencegah kemungkaran), tentu ini harus dimulai kepada diri
sendiri.5.'Amal sholeh (pekerjaan baik) sesuai tuntunan syari'at.Adapun yang
bathiniyah;1. Tafakur (berpikir)2. Ibrah (Mengambil pelajaran) 3. Ta’zhimudz
dzunuub (Memandang dosa sbg perkara besar) 4. Khauf minallah (Takut kepada
Allah) 5.Tahqirun Nafsi watadhliluha (Rendah hati).[4]
Dengan akal manusia bisa mencapai
derajat yang sangat tinggi, dengan akal juga manusia bisa berada di jurang
kehancuran paling dalam.Oleh karenanya, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Bukan malaikat yang bertugas monoton
atau iblis yang cuma menghancurkan. Bahkan malaikat iri pada manusia ,tetapi
mereka tidak dengki. Berbeda halnya dengan iblis yang mengikutsertakan dengki dalam
irinya.[5]
Kekhalifahan manusia di muka bumi
merupakan pertanda bahwa manusia dengan akalnya bisa mengelola bumi, bisa
memimpin manusia lain, dan tentu saja bisa dipimpin yang lain. Akal inilah yang
sepanjang peradaban manusia yang mampu menjamin eksistensi kemanusiaan itu
sendiri.
Akal manusia akan menghasilkan
pikir dan zikir. Keduanya ini yang mampu memberi pencerahan katika nafsu dan
sahwat manusia bergejolak. Dengan pikir dan zikir, kejolak nafsu dan sahwat
manusia akan reda dengan sendirinya. Pikir dan zikir itulah yang mampu
menempatkan manusia pada posisi yang paling bergengsi di sisi Allah dan manusia
lain.
Pikir mampu mendapatkan ilmu
pengetahuan yang memberi cahaya bagi jalannya akal. Zikir akan menangkan
akalnya sehingga akal bisa terang dan tenang. Jika akal terang dan tenang,
manusia mampu mengendalikan nafsu dan sahwatnya.
4. Penutup
Allah telah memuliakan manusia berupa
kesempurnaan bentuk, transportasi dalam bepergian, rezeki yang baik.Kemulian
manusia yang paling utama adalah karena akalnya. Karena akalnya itulah manusia
dijadikan khalifah di muka bumi. Wallahu
a’lam bish shawab.
[1] Dalam al
Quran surat at Tin ayat 4 dinyatakan ,”Sungguh telah Kami ciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk”.
[2] Dalam al
Quran surat at Tin ayat 5-6 dinyatakan,”Kemudian Kami kembalikan mereka ke
tempat yang paling rendah,kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
shalih....”
[3] Hadits
ini penulis kutib dari Kitab Duratun Nashihin hlm. 118-121
[4] Ibid
[5] Kisah
mengenai Adam a.s., Malaikat dan Iblis dapat dibaca dalam al Quran, 2: 30-33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar