Senin, 06 Maret 2017

Model Kepemimpinan Rasulullah S.A.W

BERCERMIN KEPADA :

Model Kepemimpinan 
Rasulullah SAW

Oleh:  Abah Malikun


1.  Pendahuluan
               Semua negara pasti memiliki  pemimpin. Model kepemimipinannya berbeda-beda, ada yang leberal,  otoriter, dan ada pula yang model kebapakan. Namun, hampir tidak ada negara yang memiliki pemimpin yang demokratis, termasuk negara yang mengaku sebagai negara yang paling demokratis sekalipun.

             Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang berorientasi kepada rakyat. Visi dan misinya adalah kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Hal ini dapat dilihat produk hukum dan kebijakan kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat. Kesejahteraan dan kemakmuran bukan hanya bersifat materialis atau duniawi tetapi juga menyangkut  aspek kehidupan spiritual religius atau ukhrawi. Aspek kehidupan yang bersifat meterialis adalah tercukupinya masalah pakan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan aspek kehidupan yang bersifat spiritual religius  adalah terciptanya kesempatan beribadah seluas-luasnya menurut agama dan kepercayaan yang ada.

             Agar pemimpin yang ada sekarang ini bisa bersikap dan bersifat demokratis, satu-satunya cermin untuk hal tersebut adalah model kemimpinan Rasulullah SAW. Mengapa demikian? Bagaimana kompetensi kepemimpinan Beliau SAW? Bagaimana model kepemimpinan Beliau SAW?

             Tulisan ini akan menjawab semua pertanyaan di atas dengan detail dan mengacu pada refernsi Quran yang agung. Pembahasan difokuskan pada term-term kepribadian Beliau, kompetensi kepemimpinannya, dan model kepemimpinannya.

2.  Kepribadian Rasulullah SAW   

              Sejak kecil, Beliau SAW sudah menunjukkan kepribadian yang agung. Di Mekah kala itu, Beliau SAW sudah terkenal dengan sebutan ‘al amin’ yang berarti terpecaya. Pada saat  remaja, Beliau sudah mampu mendamaikan dua kabilah yang berebut siapa yang pantas meletakkan  Hajar Aswad pada Ka’bah ketika direnovasi.[1] Oleh karena itulah, Quran menegaskan bahwa Beliau kaya akan kepribadian yang pantas diteladani oleh siapa saja yang ingin hidup layak di dunia maupun akhirat.[2]

              Kepribadian Beliau yang agung didukung oleh akhlak yang agung. Quran menegaskan bahwa Allah sendiri telah memuji akhlak Beliau dengan firman-Nya,”Wainnaka la’alaa khuluqil ‘azhiim”   (=Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur ).[3] Ayat ini menggambarkan dan menegaskan bahwa karakter beliau adalah sempurna.

              Keagungan budi pekerti Beliau telah terbukti selama dua puluh tiga tahun memimpin umat Islam dengan menghasilkan tiga karya besar, yaitu:

1.  Tauhidul Illahi  ( mengesakan Tuhan ) yaitu mengubah kepercayaan politheisme ( banyak tuhan ) menjadi kepercayaan monotheisme ( satu Tuhan );
2.  Tauhidul Ummati ( kesatuan umat ) yaitu keberhasilan Beliau mempersatukan semua elemen masyarakat tanpa membedakan ras, suku, dan agama;
3.  Tauhidul Hukumati ( kesatuan pemerintahan ) yaitu mempersatukan para pemimpin kabilah menjadi satu pemerintah yang berhukum kepada Quran.

              Di samping memiliki pribadi yang agung, Beliau SAW memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki budi pekerti manusia yang sudah mengarah kepada kehidupan yang memberlakukan hukum rimba; siapa kuat itu yang menang. Pun banyak penyimpangan yang terjadi dalam tata kehidupan yang jauh dari rasa keadilan, kenyamanan, dan kesejahteraaan. Itulah sebabnya, Beliau SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan budi pekerti mereka.[4]

3.  Kompetensi Kepemimpinan Rasulullah SAW

              Kompetensi umum kepemimpinan Beliau SAW terletak pada  keagungan akhlak. Dalam al Quran diberitakan kehadiran Rasul dari kalangan manusia ( bukan malaikat ) yang memiliki keinginan kuat untuk menjadikan manusia beriman semuanya, merasakan penderitaan mereka atas tindasan golongan yang kuat, dan penyayang terhadap umatnya.[5]

             Di samping itu, sifat wajib Beliau menunjukkan hal tersebut. Sifat wajib tersebut adalah sidik, amanah, fatonah, dan tablik. Sidik berarti benar, jujur, dan tak pernah salah. Amanah berarti dapat dipercaya, mampu mengemban amanah, dan pasti menyampaikan amanah. Fatonah berarti cerdas, memiliki tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata manusia pada umumnya. Sedang tablik adalah menyampaikan risalah seperti yang ditugaskan oleh Allah kepada manusia.[6]

              Kompetensi kepemimpinan Beliau SAW yang menonjol antara lain:

1.  Lemah lembut adalah perangai Beliau SAW;
2.  Beliau SAW selalu memaafkan  kesalahan orang lain sebelum mereka minta maaf;
3.  Beliau SAW juga selalu memohonkan ampun untuk orang lain;
4.  Dalam menghadapi masalah, Beliau tidak meninggalkan kebiasaan untuk bermusyawarah dengan para sahabatnya;
5.  Setiap saat, Beliau selalu bertawakal kepada Allah.[7]

           Jadi, jelaslah bahwa kompetensi kepemimpinan Beliau SAW berdasarkan akhlak yang mulia dan agung.

4.  Model Kepemimpinan Rasul Muhammad SAW

           Model kepemimpinan Beliau SAW yang paling mendasar adalah konsep Rahmatan lil’alamiin. [8] Ini berarti kehadiran seorang pemimpin akan menjadi kedamaian, keadilan, kasih sayang, dan kesejahteraaan yang menyeluruh dan merata. Selama dua puluh tiga tahun memimpin, Beliau SAW telah berhasil menggerakkan arah kepemimpinan ‘yahdi minazh zhulumaati ilan nuur’ (=menunjukkan dari kegelapan ke alam yang terang-terang benderang).

             Ada enam hal yang bisa dicatat sebagai referensi dari kepemimpinan Beliau SAW, yaitu:

1.  Kepemimpinan Beliau adalah kepemimpinan yang mampu menciptakan keadilan yang merata ke semua pihak tanpa terkecuali. Keadilan akan berdampak bagi terciptannya jiwa takwa. Ketakwaan akan mendatangkan rezeki yang luas tanpa batas.[9]
2.  Kepemimpinan Beliau adalah kepemimpinan yang berhasil menebarkan rahmat/kasih sayang yang menyeluruh dan merata sesuai dengan konsep ‘Rahmatan lil’alamiin’. [10]
3.  Kepemimpinan Beliau adalah kepemimpinan yang berdasarkan kebenaran yang hakiki.[11]
4.  Kepemimpinan Beliau adalah kepemimpinan yang menjunjung tinggi amanah.
5.  Beliau adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan yang di atas  rata-rata kecerdasan manusia yang jenius sekalipun.
6.  Beliau selalu menegakkan perinsip transparasi dalam kepemimpinannya. Bahkan Beliau dan keluarganya hidup dalam kesederhanaan meskipun negara memiliki kekayaan yang melimpah dalam baitul mal.

5.  Penutup

            Hal yang terpenting dari seorang pemimpin adalah budi pekertinya yang bisa diteladani oleh rakyatnya. Dari kepribadiannya yang agung inilah akan muncul gaya atau model kepemimpinan yang mampu menciptakan keadilan, kasih sayang, kemakmuran, dan kedamaian secara merata dan menyeluruh tanpa terkecuali.Wallahu a’lam bish shawab
             



[1] Peristiwa ini diceritakan dengan jelas di dalam kitab Khulashah Nurul Yaqin jilid pertama
[2] Di dalam Quran surat Al Ahzab ayat 21, Allah berfirman ( yang  artinya ), “Sungguh ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir dan yang banyak meningat Allah.”
[3] Q.S.al Qalam : 4
[4] Dalam suatu hadits Beliau SAW bersabda, “Innamaa buitstu liutamima makarimal akhlaq” (= Sesungguhnya saya diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak mulia )
[5] Dalam surat at Taubat ayat 128, Allah berfirman ( yang artinya ) “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kamummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu,penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman”
[6] Keempat sifat wajib bagi rasul bisa dipelajari dalam kitab-kitab akidah seperti ‘Aqidatul ‘awam, Tijan durari, dan Fathul Majid.
[7] Dikutip dari tulisan Drs.H.Ahmad Masduki, Kepemimpinan Rasul Muhammad SAW, ppsnh.malang.pesantren.web.id.
[8] Dalam al Quran disebutkan,”Wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil’alamiin” ( =Dan tidaklah Kami ( Allah ) mengutusmu ( Muhammad ) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
[9] Q.S. al A’raf: 96
[10] Ketika merasakan maut, Beliau berkata,”Ummatii..ummati...ummatii” (=Bagaimana dengan umatku,apakah juga merasa seperti ini?)
[11] Dalam suatu hadits, Beliau bersabda,”Man kaana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khaeran au liyats mut” (=Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,maka berkatalah yang baik atau diam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...