REVOLUSI
MENTAL ITU BERNAMA HIJRAH
(Oleh : Abah Malikun)
1.
Pendahuluan
Pada tanggal 20 oktober 2014
yang lalu, pada saat acara ‘Syukuran Rakyat’ Grup Slank menyatakan bahwa Revolusi Mental ( yang menjadi jargon
kampanye Jokowi-Jk ) itu bernama Hjirah. Pernyataan ini merupakan gerakan
moral untuk mengubah kondisi yang stagnan menjadi kondisi yang lebih baik
secara cepat. Apa yang dimaksud ‘revolusi mental’ ? Apa pula itu ‘hijrah’ ?
Adakah korelasi antara revolusi mental dan hijrah?
Tulisan ini berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas dengan poin-poin bahasan yang meliputi revolusi
mental, hijrah, dan korelasi keduanya.
2.
Revolusi Mental : Sebuah
Keniscayaan
Revolusi
merupakan perubahan yang besar dan mendasar di suatu bidang.[1]
Sedangkan mental berarti batin dan watak manusia.[2]
Dengan demikian, revolusi mental adalah perubahan yang besar dan mendasar untuk
membuat batin dan watak manusia menjadi lebih baik.
Perubahan
tersebut meliputi tiga dimensi yaitu sehat, cerdas, dan berkepribadian.[3]
Sehat bisa terwujud jika ada pelayanan kesehatan yang murah, terjangkau untuk
golongan rakyat miskin, dan memuaskan. Cerdas bisa diraih jika pendidikan
merata, murah, dan bermutu. Berkepribadian dapat dicapai jika ada pendidikan
karakter pada setiap level.
Revolusi mental
yang menjadi jargon kampanye Jokowi-Jk dinilai Fahri Hamzah,politikus PKS,
sebagai ‘gerakan kiri’.[4]
Pendapat ini dibantah oleh Bahtiar Alam dengan mengemukakan pendapatnya bahwa
revolusi mental merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran Mahatma
Gandhi, Gus Dur, dan Jokowi. Revolusi mental berarti gerakan moral untuk
memperbaiki kehidupan berbangsa berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan universal.[5]
Pendapat lain mengatakan bahwa revolusi mental itu mengagetkan, diperlukan
kerja keras.[6] Oleh
sebab itu, dalam pidato kenegaraan yang pertama setelah mengucapakan sumpah
sebagai presiden RI ke-7, Jokowi menegaskan bahwa cita-cita pemerintahannya (
revolusi mental-pen. ) dapat dicapai dengan bekerja, bekerja, bekerja, dan gotong royong.
3.
Hijrah: Sebuah Kewajiban
Hijrah
adalah perpindahan/migrasi Nabi SAW dan para pengikutnya dari Mekah ke Madinah
pada tahun 611 M.[7] Migrasi
ini dapat disebut sebagai hijrah jika memenuhi dua syarat yaitu, sesuatu yang
ditinggalkan dan sesuatu yang dituju.
Jika
dilakukan dengan dasar iman dan disertai kegiatan jihad/dakwah, hijrah ini akan
mendapat rahmat dari Allah dan ampunan bagi pelakunya.[8]
Di sinilah muncul hukum bahwa hijrah
adalah wajib. Ayat lain menjelaskan bahwa orang yang berhijrah dan berjihad
merupakan golongan umat Muhammad SAW tanpa memandang kerabat Nabi atau bukan.[9]
Di samping itu, 0rang yang berhijrah [=muhajirin] dan berjihad [=mujahid] baik
dengan harta maupun harta Allah menjanjikan derajat yang tinggi dan kemenangan.[10]
Dari
uraian di atas, nampaklah bahwa tujuan hijrah adalah kecintaan, kasih sayang,
ampunan dari Allah, predikat umat Muhammad yang salih, derajat yang tinggi, dan
kemenangan. Tujuan yang sangat mulia ini menjadi harapan semua pihak untuk
segera berhijrah.
Hijrah
dapat dibagi menjadi dua, yaitu makaniyah dan maknawiyah.[11]
Hijrah makniyah berarti hijrah dari tempat yang lama menuju ke tempat yang baru
seperti Hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah. Hijrah maknawiyah merupakan proses
perubahan mendasar dari nilai-nilai yang mengalami stagnan menuju nilai-nilai yang
agung baik dalam pandangan Allah Dzat Yang Maha Menilai Amal maupun manusia si
pemakai nilai-nilai tersebut.
Hijrah
maknawiyah mencakup i’tiqadiyah, fikriyah, dan syu’uriyah. Hijrah i’tiqadiyah
berarti perubahan besar [=revolusi] dalam hal akidah atau kepercayaan. Hal-hal
yang harus ditinggalkan dalam hal akidah ini meliputi kekafiran, kemunafikan,
keraguan, dan kesuuzhanan terhadap Allah, Rasul, dan hal-hal lain yang harus
diyakini adanya. Revolusi mental yang dituju adalah keimanan yang kokoh
disertai husnuzhan kepada Allah dan Rasur serta hal-hal lain yang wajib
diyakini adanya.
Hijrah
fikriyah adalah reolusi yang mengarahkan pemikiran dari pola pikir negatip [
negative thinking ] ke pola pemikiran yang positip [ positive thingking ], dari
pola pikir konservatif ke pola pikir modern, dari pola pikir jahiliyah ke pola
pikir ISLAMI, dari pola pikir statis ke pola pikir dinamis, dan dari pola pikir
materialistis ke pola pikir religius.
Hijrah
syu’uriyah merupakan revolusi dalam bidang budaya. Revolusi ini meliputi seni,
kreasi, kebiasaan, mental dan akhlak. Revolusi seni berawal dari seni hidonis
menuju seni yang menjunjung nilai-nilai kemanusian yang tinggi. Penyanyi
dangdut tidak perlu lagi dengan pakaian dan joget yang mengundang syahwat. Syairnya
pun harus berisi nilai kemanusian yang universal bukan sekedar menghibur
halayak.
Kebiasaan
dan kreasi juga harus berevolusi menuju kebiasaan dan kreasi yang menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan yang utuh. Mental yang sudah mengalami revolusi adalah mental
melayani bukan minta dilayani, bekerja secara frofesional bukan bekerja yang
berorientasi upah semata.Revolusi akhlak merupakan perubahan akhlak yang rendah
menuju akhlakul karimah [ akhlak yang mulia ].
4. Korelasi Revolusi Mental dengan Hijrah
Uraian di atas telah menjelaskan bahwa hijrah maknawiyah hanya bisa
dilakukan dengan revolusi mental. Sedang revolusi mental merupakan metode untuk
melaksanakan hijrah maknawiyah. Dengan demikian, korelasi antara revolusi
mental dan hijrah adalah revolusi mental merupakan cara untuk malakukan hijrah.
Dalam hal ini, jika revolusi mental yang menjadi jargon pemerintahan
Jokowi-JK dilakukan dengan dasar iman dan disertai niat jihad bisa disebut
hijrah seperti yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini diungkapkan oleh
Nabi Hud a.s.,”Inni Muhajirun ilallah” [= Sesungguhnya aku hijrah kepada Allah ].
Tentunya revolusi mental akan berhasil jika didukung oleh seluruh komponen
bangsa ini.
5. Penutup
Antara revolusi
mental dan hijrah terdapat korelasi yang saling mendukung untuk mewujudkan
cita-cita yang agung dalam membangun kemandirian bangsa Indonesia juga untuk menciptakan
sistem dakwah Islamiyah yang sangat efektif.Wallahu
a’lam.
[1] Meity Taqdir Qadratillah, Kamus
Bahasa Indonesia untuk Pelajar, ( Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan, 2011 ) hlm. 455
[2] Ibid hlm. 314
[3] Dimensi ini dikuti dari visi dan misi Jokowi-Jk pada saat kampanye.
[4] WWW.Trubunnews.com yang
diunduh tanggal 26 Oktober 2014
[5] Liputan6 com. Yang diunduh tanggal 26 Oktober 2014
[6] Anis Baswedan dalam www.Tribunnews.com. diunduh tanggal 26
Oktober 2014
[7] Wikipedia yang diunduh tanggal 26 Oktober 2014
[8] Q.S. Al Baqoroh [ 2 ] : 218
[9] Q.S. Al Anfal [ 8 ] : 75
[10] Q.S. At Taubah [ 9 ] : 20
[11] Pendapat ini dikemuka oleh Drs.H.Dedih Surana, M.Ag. dalam artikel
“Substansi Hijrah dalam Kehidupan Seorang Muslim” yang diterbitkan dalam unisba
ac. Id. Yang diunduh tanggal 26 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar