Rabu, 14 Februari 2018

Pendekatan Spiritualitas Dalam Menghadapi Bencana


PENDEKATAN  SPIRITUALITAS  
DALAM MENGHADAPI BENCANA

Oleh : Abah Malikun


\
1.      Pendahuluan

              Maraknya bencana yang terjadi di wilayah tanah air mengundang keprihatinan bersama. Mengapa demikian? Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan angka kejadian bencana yang luar biasa. Kurun waktu Januari-Oktober 2016 telah terjadi 1.853 bencana.[1] Bencana tersebut berupa banjir, tanah longsor, kebakaran, dan sebagainya.

              Sebagai orang yang beriman, kita patut prihatin karena buncana tersebut juga menimpa saudara kita yang beriman. Kita juga yakin bahwa bencana tersebut terjadi atas izin Allah SWT. Di samping menjadi ujian bagi kita, bencana tersebut juga merupakan teguran sekaligus bisa menjadi azab.

              Dari segi spiritual, bencana tersebut memunculkan dua pertanyaan mengapa bencana terjadi? Bagaimana spiritualitas kita menghadapi bencana tersebut? Dari kedua pertanyaan tersebut kita bagi menjadi dua term, yaitu analisis spiritual penyebab bencana dan pendekatan spiritualitas dalam menghadapi bencana.

      2.      Analisis Spiritual Penyebab Bencana

              Analisis penyebab bencana berikut ini berpijak pada pemikiran yang merujuk dalil al Quran dan as Sunah. Dari analisis tersebut, ditemukan beberapa penyebab terjadinya bencana antara lain yang pertama adalah human error (kesalahan manusia). Allah SWT telah berfirman, “Wamaa ashaabakum min mushiibatin fabimaa kasabat aidikum...” (=Dan apapun yang mengenai kalian dari bencana adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri).[2] Sebagai contoh, banjir yang terjadi di daerah aliran sungai bisa disebabkan penebangan hutan di daerah pegunungan tanpa mengindahkan aturan yang berlaku sehingga terjadi penggundulan hutan yang tidak bisa menahan air hujan.

              Penyebab kedua adalah perbuatan penduduk yang mendustakan ayat-ayat Allah Azza wa-Jalla. Dalam hal tersebut Allah telah berfirman, “... walakin kadzdzabuu fa akhadznaahum bimaa kanuu yaksibuun” (= dan tetapi ternyata mereka mendustakan [ayat-ayat kami], maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang meraka kerjakan).[3] Coba renungkan bencana hujan badai lalu banjir besar yang telah menimpa kaum Nabi Nuh a.s. dan juga hujan batu yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. serta kisah-kisah umat terdahulu yang lain yang ada dalam al Quran.

            Bencana juga bisa terjadi bukan kerena kesalahan manusia ataupun maksiat yang telah dilakukan manusia, tetapi memang karena ketentuan Allah Yang Maha Perkasa. Allah telah berfirman, “Qul lan yushiibanaa illaa maa kataballahu lanaa...” (=Katakanlah (hai Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan yang telah ditetapkan Allah bagi kami...”).

             Penyebab yang lain terjadinya bencana adalah keinginan Allah SWT untuk menguji manusia demi peningkatan derajat dan martabatnya. Dalam sebuah Hadits, Rasulullah SAW telah bersabda, “Maa yushiibul mukmina syaukatun famaa fauqahaa illa rafa’allahu darajatan auhaththa ‘anhu bihaa khathiiatan” (=Tidaklah mengenai seorang mukmin terkena duri atau lebih dari itu kecuali Allah telah mengangkat derajat baginya atau menghilangkan kesalahan baginya dengan bencana tersebut).[4]

      3.      Pendekatan Spiritualitas dalam Menghadapi Bencana

             Sebelum bencana menimpa kita, tindakan kita adalah menjaga diri dari berbuat yang merusak lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, menebang hutan tanpa  Di samping ikhtiar lahir tersebut, kita juga melaksakan pendekatan spriritualitas seperti bersedekah. Rasulullah SAW telah bersabda, “Bersegeralah bersedekah sebab yang namanya bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” Hadits lain mengatakan, “Ashshadaqatul daf’ul bala’ (=Sedekah itu penolak bencana). Ada sebuah kisah: seorang pemburu mengambil induk burung yang masih kecil-keci. Anak burung tersebut berdoa kepada Allah agar pemburu tersebut kena bencana. Namun, karena pemburu tersebut bersedekah tiga potong roti kepada pengemis, Allah SWT membatalkan permohonan anak tersebut.

              Cara kedua setelah bersedekah adalah senantiasa menjaga iman kita. Allah SWT telah berfirman, ‘Lillahil amru min qablu wamin ba’du wayaumaidzin yahrahul mukminuun” (=Bagi Allah urusan mereka sebelum dan sesudah [mereka menang] dan pada hari [kemenangan bangsa Romawi] itu bergembiralah orang-orang yang beriman).[5] Jadi, jelaslah bahwa hanya dengan beriman kita bisa terhindar dari bencana.

             Pendekatan spiritualitas ketiga adalah senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan dan intensitas beribadah. Dalam hal tersebut, Allah telah berfirman, “Walau anna ahlalqura aamanuu wattaqaulafatahnaa ‘alaihim barakaatin minassamaai wal ardhi...” (=Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi).[6]

              Ketika bencana sudah terjadi, yakinlah bahwa bencana itu datang dari Allah sebagai bentuk ujian bagi kita. Oleh karena itu, kita mesti bersabar menghadapinya. Allah telah berfirman, “Wabasysyirishshaabiriin” (= Dan sampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar}.[7]

             Cara yang tidak kalah pentingnya adalah berdoa setiap saat. Nabi SAW telah bersabda, “Ad do’aau silahul mukminiin” (=Doa itu pedangnya orang-orang yang beriman). Dengan berdoa, kita selalu berkomunikasi kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

     4.      Penutup

              Bencana yang akhir-akhir ini intensitasnya meningkat disebabkan beberapa faktor antara lain kesalahan manusia dalam hal ikut andil bagi kerusakan lingkungan, dosa manusia mendustakan ayat-ayat Allah, ketentuan Allah, dan keinginan Allah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman. Pendekatan spiritualitas dalam menghadapi bencana yang dapat kita lakukan adalah menjaga diri dari berbuat maksiat dan perbuatan yang bisa merusak lingkungan, menjaga iman, meningkatkan ketakwaan dan intensitas beribadah serta selalu berdoa. Wallahul a’lam bishshawab.




[1] Republika: Senin, 31 Oktober 2016 hlm. 2 kolom 4-6
[2] Quran Surat Asy Syura[42]: 30
[3] Quran Surat al A’raf [7]: 96
[4] H.R. Imam Muslim dan Imam Turmudzi
[5] Q.S. ar Ruum [30]: 4
[6][6] Q.S. al A’raf [7]: 96
[7][7] Q.S. al Baqarah [2]: 155

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...