Rabu, 21 Februari 2018

Mencita-citakan Khusnul Khatimah


MENCITA-CITAKAN KHUSNUL KHATIMAH
Oleh : Abah Malikun



       1.      Pendahuluan
              Dalam sebuah puji-pujian yang sering dikumandangkan di masjid atau mushala menjelang iqamat, kita mendengar sebait syair,

Ya Allah kulo nyuwun gesang kulo istiqamah
Ya Allah kulo nyuwun pejah kulo husnulkhatimah

Begitu pula dengan doa yang sering kita panjatkan, “Allahummakhtim lanaa bihusnilkhatima walaa tahtim lanaa bisuuilkhatimah (= Ya Allah akhiri kami dengan akhir yang baik dan jangan Engkau ahkiri kami dengan akhir yang buruk)”. Puji-pujian dan doa tersebut jelas sekali mangandung cita-cita dan harapan agar hidup kita berlangsung dengan istiqamah (ajeg/lurus) dan berakhir dengan husnulkhatimah (akhir yang baik).

              Istiqamah dan husnulkhatimah merupakan pasangan proses dan hasil yang tidak bisa berdiri sendiri karena saling berkaitan satu sama lain. Hidup istiqamah merupakan keberlangsungan hidup sesuai dengan jalur hidup manusia secara hakiki dengan tuntunan Illahi dan keteladanan Rasul Illahi SAW. Dari kehidupan yang seperti inilah, akhir kehidupan dipastikan baik atau husnulkhatimah.
              Persoalannya, apa itu hidup istiqamah? Bagaimana akhir yang husnulkhatimah? Dari dua pertanyaan tersebut penulis uraikan mengupayakan hidup istiqamah dan berharap husnulkhatimah.


2.      Mengupayakan Hidup Istiqamah

             Paling tidak tujuhbelas kali, kita meminta hidup istiqamah dalam tujuh belas rakaat shalat fardhu. Namun, sadarkah kita sering melupakan doa tersebut di luar shalat dengan hidup tanpa mengikuti aturan yang lurus? Kalau bicara istiqamah, kita tidak bisa terlepas dari pentunjuk jalan yang lurus atau hidayah. Hidup istiqamah berarti mengupayakan hidup dengan penuh nikmat dan menjauhi murka Allah serta menjauhi cara atau proses kehidupan yang sesat tanpa hidayah Allah.[1]

              Hidup istiqamah dimulai dengan iman kepada Allah dengan sebenar-benar iman diikuti pengakuan bahwa Tuhannya adalah Allah lalu diikuti dengan keteguhan hati mengikuti apa yang menjadi keridhan-Nya dan menjauhi apa yang menjadi kemurkaan-Nya.[2] Kesehariannya terasa tenang karena kehidupannya dijalankan dan dijamin oleh Allah SWT.

             Para mufasirin memaknai istiqamah mencakup tiga hal, yaitu keteguhan dalam Islam, ketaatan kepada Allah, dan keihlasan dalam beribadah.[3] Agar bisa hidup istiqamah, pertama kita mesti memahami, merenungkan, dan mengaplikasi dua kalimah syahadah sebagai pengakuan total bahwa hanya Allah yang pantas disembah dan hanya Muhammad SAW yang pantas diteladani. Cara kedua, adalah banyak berinteraksi dengan Alquran dalam arti membaca, memahami isinya, dan mengamalkan ajarannya karena Alquran telah mengimformasikan dengan jelas dan detail mengenai apa saja yang menjadi keridhaan-Nya dan apa saja yang menjadi kemurkaan-Nya. Kita mesti memulai beramal baik dari yang sederhana, dari diri sendiri, dan dari sekarang, jangan menuntut orang lain meneladani, jangan pula menunda-nunda amal kebaikan.

             Cara ketiga, adalah menjadikan setiap saat kita bisa bermanfaat untuk orang lain, jangan mengambil manfaat dari orang lain apa lagi menjadi benalu bagi orang lain. Oleh karena itu, kita mesti banyak bergabung dalam majelis orang-orang shalih, majelis zikir, mejelis taklim, dan majelis shalawat. Dari pergaulan dalam mejelis-majelis tersebut, kita bisa membaca kisah-kisah hidup orang-orang shalih, meningkatkan pemahaman agama, dan keyakinan akan kehidupan akhirat.

3.      Berharap Husnulkhatimah

              Husnulkhatimah atau akhir hidup yang baik adalah kondisi seorang mukmin menjelang ajalnya dengan mendapat taufiq dari Allah berupa keteguhan dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya. Rasulullah Saw telah bersabda,
“Apabila Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka Allah menggerakkannya beramal. Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah menggerakkannya beramal?’ Belau bersabda, ‘Allah memberi taufiq dengan beramal shalih sebelum ajalnya.[4]

              Adapun tanda-tanda husnulkhatimah yang bisa kita lihat adalah pertama, kalam terakhir adalah syahadah, laailaahaillallah Muhammadurrasulullah. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barang siapa yang akhir perkataannya laailaahaillallah maka masuk surga”[5]         Kedua, meninggal dengan keringat di dahinya berdasarkan kabar hadits bahwa orang mukmin meninggalnya dengan berkeringat di dahinya.[6] Ketiga, meninggal pada malam dan hari Jumat berdasarkan hadits yang artinya, “Tidaklah seorang mukmin meninggal pada Jumat melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah.”[7]  Keempat, meninggal karena sakit perut atau yang berhubungan dengan perut, berdasarkan hadits, “Barang siapa meninggal karena sakit perut, maka dia adalah syahid.”[8]

              Kelima, meninggal karena tha’un (wabah penyakit) berdasarkan hadits, “Tha’un adalah syahid bagi seorang mukmin.”[9] Keenam, meninggal karena telenggam, berdasarkan hadits, “Orang yang syahid itu ada lima, yaitu meninggal kerena tha’un, sakit perut, tenggelam, kejatuhan bangunan atau jatuh di tebing, dan meninggal di jalan Allah.”[10]

              Ketujuh, meninggal karena berjuang di jalan Allah, berdasarkan hadits tersebut di atas. Kedelapan, meninggal karena melahirkan anak. Kesembilan, meninggal karena terbunuh saat mempertahankan hartanya. Kesepuluh, meninggal pada saat beramal shalih.

             Kesepuluh tanda tersebut yang bisa kita lihat. Namun, pada hakikatnya yang mengetahui akhir husnulkhatimah atau suulkhatimah adalah pribadi kita masing-masing. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan husnulkhatimah dengan menempuh hidup istiqamah.

4.      Penutup

              Akhir husnulkhatimah tidak sertamerta dapat kita raih tanpa upaya apapun. Uapaya meraih husnulkhatimah ditempuh dengan membiasakan hidup lurus atau istiqamah dan dengan selalu berdoa, “Allahummakhtim lanaa bihusnilkhatimah walaa takhtim lanaa bisuilkhatimah.” Wallahul a’lam bishshawab.

           



[1] Q. S. Alfatihah [1]: 7
[2] Q. S. Fushshilat: 30
[3] Dalam nettik.net, diunduh 29 Agustus 20017
[4] H. R. Ahmad dan Turmudzi
[5] H. R. Abu Dawud
[6] H. R. Ahmad
[7] H. R. Ahmad dan Turmudzi
[8] H. R. Muslim
[9] H. R. Bukhari
[10]H. R. Bukhari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...