Rabu, 21 Februari 2018

Menjaga Kesucian Hati


MENJAGA KESUCIAN HATI
Oleh : K.H. Drs. Malikun, M.Pd.I.
(Pengasuh Ponpes Al Adzkar)


      1.      Pendahuluan
              Baru saja kita merayakan ‘Idul Fitri’ dengan berbagai makanan yang enak, pakaian yang baru dan bagus, shalat Id, silaturahmi, berekreasi ke tempat wisata, dan acara halal bihalal baik di kantor maupun di kampung. Semua kita lakukan untuk memperingati hari kemenangan setelah sebulan kita berpuasa di Ramadhan dengan mengekang hawa nafsu. Di samping meraih kemenangan, kita juga kembali ke fitrah hati yang suci yang kita sebut dengan ‘Idul Fitri’.
              Hati suci hasil bergulatan selama sebulan, akan barubah pula jika kita tidak pandai menjaganya. Hati yang dalam Bahasa Arab ‘alqalb’ berarti berubah-ubah; kadang-kadang baik, kadang-kadang buruk, kadang bersih atau suci dan kadang kotor. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal manusia tersebut dan faktor eksternal yang berupa lingkungan dan teman bergaul.
              Lalu, Bagaimana menjaga hati agar tetap dalam kondisi bersih atau suci? Kajian ini akan memaparkan pendapat yang telah ditulis oleh Syekh ‘Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir Alkhauburi dalam kitab ‘Duratun Nashihiin’ halaman 262-265.

       2.      Hati yang Suci
            Hati suci laksana kaca cermin yang digunakan untuk melihat wajah. Kondisi wajah akan terlihat jelas sampai jerawat sekecil apapun. Sebaliknya, hati kotor laksana kaca cermin yang penuh debu dan noda. Secantik apapun wajah yang bercermin di kaca tersebut akan terlihat sangant jelek. Dalam hati suci terdapat naluri yang selalu membisikkan pemiliknya untuk berbuat kebajikan. Sedangkan dalam hati kotor, naluri tak sanggup lagi membisikkan pemiliknya berbuat kabajikan karena tertutup oleh hawa nafsunya.
             Ketika menafsiri ayat “Qad aflaha man tazakka”. Syekh ‘Utsman menggambarkan hati suci sebagai hati yang jauh dari kufur dan maksiat, tergambar dalam pribadi yang bertakwa, banyak bersedekah atau berzakat, dan banyak mendirikan shalat.[1] Hati suci  tidak memuat karaguan sedikit pun tentang Allah dan tidak pula mendurhakai-Nya. Ketika mendengar Allah disebut, hati bergetar hebat merindukan-Nya. Begitu pula jika berkumpul dengan para kekasih-Nya, hatinya tenang karena merasa kehadiran-Nya.
             Hati suci tergambar dalam pribadi yang selalu takut kepada Allah dengan melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. Semua ditaati dengan ikhlas dan berharap ridha-Nya. Kesuciannya akan nampak pada sikap dan perkertinya yang penuh tawadhuk, qanaah, wara’, dan yakin (optimis). Baginya, harta hanyalah titipan belaka yang ada hak-hak orang lain dan perlu secepatnya disampaikannya. Waktu baginya terasa kosong jika tidak cepat-cepat bermesraan dengan Tuhannya melalu shalat, baik shalat fardhu maupun sunah. 

      3.      Kiat-kiat Menjaga Kesucian Hati
             Untuk menjaga agar hati selalu dalam kondisi suci, kita perlu beramal shalih baik qauliyah, fi’liyah, maupun qalbiyah. Ketiga jenis amal tersebut dilaksanakan secara bersamaan, atau paling tidak mengumpulkan qauliyah dan qalbiyah atau fi’liyah dan qalbiyah atau qalbiyah saja. Amal- amal tersebut antara lain menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya, berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan perbuatan zalim, menggunjing (ghibah), cinta dunia (hubbud dunya), memperbanyak zikir, bersabar atas musibahnya, membaca Alquran, ikhlas dalam beramal, dan menahan hawa nafsu.
              Dalam pelaksanaanya, amal shalih harus dilandasi iman yang teguh, dibangun dengan syariat yang benar, dan dengan akhlak mulia yang selalu diperbaiki. Konsep lain mengatakan harus menggabungkan iman, islam, dan ihsan.
              Orang yang bisa menjaga kesucian hatinya, akan mendapatkan berbagai keutamaan baik di dunia maupun di akhirat. Keutamaan tersebut antara lain senantiasa terjaga dari melakukan dosa besar maupun dosa kecil, telah tercatat sebagai peraih kemerdekaan dari api neraka,setiap amalnya mendapat keridhaan Allah, berhak mendapat tiket ke surga, dijanjikan keluar dari kubur dengan rasa aman, diwajibkan mendapatkan  syafaat pada hari kiamat, melewati jembatan shirathal mustaqim dengan cepat, mizannya penuh kebaikan, dan terhapus dari daftar orang-orang yang celaka. 

     4.      Penutup
             Akhirnya, hati suci perlu kita jaga dengan iman yang kokoh, syariat yang sempurna, dan akhlak yang mulia. Hati yang terjaga kesucinannya akan mendatangkan kemuliaan di dunia  maupun di akhirat. Wallahu a’lam bish shawab.

[1] Kitab ‘Duratun Nashihin’ halaman 262

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...