Rabu, 28 Februari 2018

Kriteria Pemimpin



KRITERIA PEMIMPIN: 
Secuil Pedoman bagi Pemilih Muslim
Oleh : Drs. H. Malikun, M.Pd.I.


      1.      Pendahuluan

              Sebentar lagi akan dilaksanakan pilkada serentak dan disusul pilpres. Sebagai rakyat yang memiliki hak pilih, kita tentu membutuhkan pedoman untuk menentukan pilihan sehingga mendapatkan pemimpin yang meneladani Rasulullah SAW. Pemimpin tersebut harus mampu menciptakan masyarakat madani, dan wilayah yang baldatun thayyibatun wara’bun ghafur atau dengan istilah Jawa gemah ripah loh jinawi.

              Menentukan pilihan bukan hal yang sepele karena menentukan keberhasilan yang bersama dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kriteria pemimpin yang bisa menyejahterakan rakyat dan merakyatkan kesejahteraan di wilayah kepemimpinannya. Kriteria tersebut dibutuhkan agar pilihan kita tepat dan bernilai ibadah karena bersandar kepada keridhaan Allah dan keteladanan Rasulullah SAW.

              Dari uraian tersebut, kita perlu mengetahui apa itu pemimpin? Bagaimana kriteria pemimpin? Oleh karena itu, dalam kajian ini, penulis berikan tema pengertian pemimpin dan kriteria pemimpin.

Jumat, 23 Februari 2018

Murokobatullah


MURAQABATULLAH:
Upaya Meraih Kesempurnaan Ibadah
(Oleh : Abah Malikun)
 
     1.      Pendahuluan
Dalam suatu majelis, Rasulullah SAW ditanya oleh Jibril a.s. tentang ihsan. Beliau SAW  menjawab bahwa ihsan adalah beribadahlah kepada Allah SWT seakan-akan kalian melihat Allah; jika tidak bisa, beribadahlah kepada Allah seakan-akan Allah melihatmu.[1] Ada dua hal yang patut kita cermati, yaitu yang pertama beribadah kepada Allah dengan keyakinan bias melihat Allah (dengan matahati) dan yang kedua beribadah kepada Allah dengan keyakinan ibadah kita dilihat-Nya. Yang pertama telah dibahas dalam artikel sebelumnya (tentang musyahadah),  dan yang kedua berkaitan dengan terma tentang muqarabatullah.

Muqarabatullah merupakan amal hati yang menentukan kualitas dan kesempurnaan ibadah seorang abid (ahli ibadah). Dengannya, seorang abid meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa segala tindak-tanduknya diawasi Allah al Khabir (Maha Mengetahui). Oleh kerena itu, seorang abid akan melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan sungguh-sungguh.


Lalu, apa itu muraqabatullah? Bagaimana kiat-kiat menghidupkan muraqabatullah dalam hati seorang abid? Apa fadhilah muraqabatullah bagi kesempurnaan ibadah seorang abid? Dari tiga pertanyaan tersebut, penulis mengarahkan kajian ini dalam tiga tema, yaitu pengertian muraqabatullah, kiat-kiat menghidupkan muraqabatullah dalam hati seorang abid, dan fadhilah muraqabatullah bagi kesempurnaan ibadah seorang abid.

Rabu, 21 Februari 2018

Revolusi Mental


REVOLUSI MENTAL ITU BERNAMA HIJRAH
(Oleh : Abah Malikun)


1.      Pendahuluan

Pada tanggal 20 oktober 2014 yang lalu, pada saat acara ‘Syukuran Rakyat’ Grup Slank menyatakan bahwa Revolusi Mental ( yang menjadi jargon kampanye Jokowi-Jk ) itu bernama Hjirah. Pernyataan ini merupakan gerakan moral untuk mengubah kondisi yang stagnan menjadi kondisi yang lebih baik secara cepat. Apa yang dimaksud ‘revolusi mental’ ? Apa pula itu ‘hijrah’ ? Adakah korelasi antara revolusi mental dan hijrah?

Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan poin-poin bahasan yang meliputi revolusi mental, hijrah, dan korelasi keduanya.

Menjaga Kesucian Hati


MENJAGA KESUCIAN HATI
Oleh : K.H. Drs. Malikun, M.Pd.I.
(Pengasuh Ponpes Al Adzkar)


      1.      Pendahuluan
              Baru saja kita merayakan ‘Idul Fitri’ dengan berbagai makanan yang enak, pakaian yang baru dan bagus, shalat Id, silaturahmi, berekreasi ke tempat wisata, dan acara halal bihalal baik di kantor maupun di kampung. Semua kita lakukan untuk memperingati hari kemenangan setelah sebulan kita berpuasa di Ramadhan dengan mengekang hawa nafsu. Di samping meraih kemenangan, kita juga kembali ke fitrah hati yang suci yang kita sebut dengan ‘Idul Fitri’.
              Hati suci hasil bergulatan selama sebulan, akan barubah pula jika kita tidak pandai menjaganya. Hati yang dalam Bahasa Arab ‘alqalb’ berarti berubah-ubah; kadang-kadang baik, kadang-kadang buruk, kadang bersih atau suci dan kadang kotor. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal manusia tersebut dan faktor eksternal yang berupa lingkungan dan teman bergaul.
              Lalu, Bagaimana menjaga hati agar tetap dalam kondisi bersih atau suci? Kajian ini akan memaparkan pendapat yang telah ditulis oleh Syekh ‘Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir Alkhauburi dalam kitab ‘Duratun Nashihiin’ halaman 262-265.

Mencita-citakan Khusnul Khatimah


MENCITA-CITAKAN KHUSNUL KHATIMAH
Oleh : Abah Malikun



       1.      Pendahuluan
              Dalam sebuah puji-pujian yang sering dikumandangkan di masjid atau mushala menjelang iqamat, kita mendengar sebait syair,

Ya Allah kulo nyuwun gesang kulo istiqamah
Ya Allah kulo nyuwun pejah kulo husnulkhatimah

Begitu pula dengan doa yang sering kita panjatkan, “Allahummakhtim lanaa bihusnilkhatima walaa tahtim lanaa bisuuilkhatimah (= Ya Allah akhiri kami dengan akhir yang baik dan jangan Engkau ahkiri kami dengan akhir yang buruk)”. Puji-pujian dan doa tersebut jelas sekali mangandung cita-cita dan harapan agar hidup kita berlangsung dengan istiqamah (ajeg/lurus) dan berakhir dengan husnulkhatimah (akhir yang baik).

              Istiqamah dan husnulkhatimah merupakan pasangan proses dan hasil yang tidak bisa berdiri sendiri karena saling berkaitan satu sama lain. Hidup istiqamah merupakan keberlangsungan hidup sesuai dengan jalur hidup manusia secara hakiki dengan tuntunan Illahi dan keteladanan Rasul Illahi SAW. Dari kehidupan yang seperti inilah, akhir kehidupan dipastikan baik atau husnulkhatimah.
              Persoalannya, apa itu hidup istiqamah? Bagaimana akhir yang husnulkhatimah? Dari dua pertanyaan tersebut penulis uraikan mengupayakan hidup istiqamah dan berharap husnulkhatimah.

Minggu, 18 Februari 2018

Ma'rifatur Rasul


MA’RIFATUR RASUL 
MENUJU KESEMPURNAAN IMAN

       1.      Pendahuluan

             Bermusyahadah kepada Rasulullah pada hakikatnya tidak hanya sekedar kita bersaksi atau mengakui bahwa Sayyid Muhammad bin Sayyid Abdullah adalah hamba dan utusan Allah. Namun, syahadah kita harus didahului dengan keyakinan mendalam dengan didasari dalil aqliyyah maupun naqliyyah. Berikutnya, kita harus mampu menghadirkan pribadi Beliau SAW setiap saat agar bisa bertutur kata, bersikap, dan bertindak sesuai dengan keteladanannya.

              Iman kepada Beliau SAW harus dimulai dari hati berupa i’tiqat, diucapkan dengan lisan melalui syahadat, dan diikuti dengan i’tiba’ kepadanya. Syahadat sudah dilaksanakan ketika kita menyatakan diri sebagai seorang muslim. Pada saat itu pula, kita berkeyakinan terhadap kerasulannya. Keyakinan tidak akan sempurna tanpa diikuti dengan meneladaninya.

              Lalu, siapa sebenarnya sosok Beliau SAW? Bagaimana cara kita mewujudkan ma’rifat kita kepadanya agar iman menjadi sempurna? Kedua pertanyaan tersebut menjadi pijakan penulis memulai kajian dengan term ma’rifatur rasul dan melengkapinya dengan term kaifiyah menyempurnakan iman kepadanya.

Menakar Bahaya Fitnah


Menakar Bahaya Fitnah
Oleh : Abah Malikun

             1.    Pendahuluan
              Dalam kenyataan sehari-hari, fitnah dapat sangat merugikan semua sendi kehidupan. Di masyarakat, fitnah menyebabkan rusaknya keharmonisan dan ketentraman lingkungan. Dalam perpolitikan, fitnah dapat menjatuhkan lawan politiknya. Begitu pula, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kesatuan dan persatuan akan rontok karena fitnah ini.
              Ungkapan ‘fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan’[1] menjadi terbukti karena orang yang difitnah dapat mendekam dipenjara tanpa berbuat kesalahan nyata. Efek lain dari fitnah adalah orang yang difitnah akan dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat, terkena teror yang tidak ada habis-habisnya, bahkan ancaman pembunuhan bisa saja menjadi kenyataan.
              Lalu, apa itu fitnah? Bagaimana pula bahayanya? Tulisan ini mencoba mendeskripsikan bagaimana menakar bahaya fitnah yang dimulai dengan definisinya.

Mengukur Kualitas Iman Kita


Mengukur Kualitas Iman kita
Oleh : Abah Malikun

1. Pendahuluan
              Suatu bangunan pasti memiliki pondasi. Kuat tidaknya bangunan tersebut tergantung kuat tidak pondasinya. Semakin kuat pondasinya, semakin kuat pula bangunannya.
             Islam sebagai agama yang paling sempurna tentu dibangun dari seluruh komponen yang yang sempurna pula. Ibarat bangunan, Islam memiliki iman sebagai pondasi, syariat sebagai bangunan yang tiangnya adalah shalat, dan akhlak serta tasawuf sebagai hisannya. Jika menginginkan Islam sebagai agama yang mampu menjadikan kita manusia bergengsi (ahsan taqwim/insan kamil). Kita harus memperkokoh iman, menyempurnakan pelaksanaan syariat, dan selalu memperbaiki akhlak.
            Dalam tulisan ini, penulis sedikit mengulas kualitas iman kita dengan mengukur ‘kedalamannya’ dengan memulai pembahasan apa itu iman? Bagaimana tingkatan iman? Bagaimana halnya dengan keimanan kita? Dari pertanyaan tersebut penulis memerinci dengan term-term yaitu pengertian iman, tingkatan iman, dan mengukur iman kita.

Kamis, 15 Februari 2018

Kisah Nabi Nuh Alaihissalam

Kisah nabi Nuh Alaihi Salam


                Nuh merupakan keturunan ke-9 Nabi Adam Alaihissalam. Kaum Nuh yang ada saat itu sudah sangat jauh menyimpang dari jalan Allah. Mereka mendustakan nikmat yang selalu dilimpahkan Allah kepada mereka. Kaum Nuh menyembah patung-patung yang mereka anggap sebagai tuhan. Mereka meniru bapak-bapak mereka terdahulu dan menganggap perbuatan itu pasti benar.

                Syaitan lagi-lagi berhasil membuat kaum Nuh menjadi sangat jauh kesesatannya dalam ketaatan kepada Allah. Mengimani dan menyembah kepada Allah tidak mereka kenal lagi. Dan syaitan merasa senang ada yang menemaninya menjadi penghuni neraka Jahanam.

                Nuh yang terbebas dari segala bentuk kesyirikan kaumnya, melepaskan diri dari penyembahan kepada patung-patung buatan tersebut. Allah kemudian mengangkat Nuh menjadi penerus risalah kenabian. Nabi Nuh Alaihissalam mendapatkan beberapa petunjuk dan Allah agar membersihkan keimanan kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah.

Kisah Nabi Idris Alaihissalam

Kisah Nabi Idris Alaihi Salam

Nabi Idris as merupakan keturunan dari Qabil dan Iqlima (putera dan puteri Nabi Adam as) kepada keturununannya inilah Idris ditugaskan Tuhan mengajak kepada kebenaran.

Nabi Idris adalah orang pertama yang menerima wahyu lewat Malaikat Jibril, ketika berumur 82 tahun. Tak ada informasi tentang lokasi pasti mengenai kehidupan Idris (Hurmus al-Haramisah) yang ditugaskan untuk membenahi akhlak anak cucu Qabil ini.

Ada yang menyebut daerah Munaf, Mesir, namun adapula yang menyebut Babilonia. Yang pasti Idris yang sejak kecil belajar ilmu dari Nabi Syits (Putra Adam as), kepadanya telah diturunkan wahyu kenabian.

“Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 56-57)

Idris menurut riwayat dalam hadis Bukhari adalah kakeknya bapak Nuh a.s. berarti Nabi Idris merupakan generasi ke enam dari Adam, mengingat Nuh sendiri sebagai keturunan ke sepuluh dari Adam as.

Rabu, 14 Februari 2018

Kisah Nabi Adam Alaihissalam

KISAH NABI ADAM ALAIHI SALAM

Sejarah penciptaan Nabi Adam AS dan perjalanan hidupnya hingga wafat. Suatu ketika, Allah berbicara di hadapan para malaikat. Isi pembicaraan berkisar tentang penciptaan Adam, leluhur manusia. Adam dan keturunannya ini kelak akan menjadi khalifah (wakil) Allah di bumi. Tugas mereka memakmurkan bumi. Mendengar penjelasan itu, para malaikat heran. Kenapa harus Adam dan anak cucunya yang menjadi khalifah? Mestinya, malaikat yang diberi kehormatan seperti itu. Bukankah malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah? Bumi akan aman bila dihuni malaikat. Tak akan ada kerusakan dan pertumpahan darah.
SERBA-SERBI KEGIATAN
PONDOK PESANTREN, MTs, MA  AL ADZKAR




























































PPDB MTs AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MTs  AL ADZKAR TAHUN 2024/ 2025   VISI MTs AL ADZKAR:  Terbentuknya anak shalih yan sehat, cerdas dan t...