MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK BULAN YANG SUCI
Oleh : Abah Malikun
(Pengasuh Ponpes Al Adzkar Pucang Gading)
1.
Pendahuluan
Waktu terus berlalu; dari detik ke
detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke
bulan, tahun ke tahun hingga tidak terasa Ramadhan (=bulan suci) hampir tiba kembali.
Doa yang diajarkan Rasulullah SAW terus kita ucapkan bahkan menjadi puji-pujian
di masjid-masjid atau mushala-mushala, Allahumma barik lanaa fii rajaba
wasya’bana wabalighna ramadhana (=Ya Allah berkahi kami pada Rajab dan
Sya’ban serta antarkan kami menikmati keindahan Ramadhan yang suci). Dengan doa
tersebut, kita senantiasa diingatkan tentang kesiapan menikmati kesucian
Ramadhan.
Sya’ban merupakan jembatan yang
menghubungkan bulan Haram/Rajab dan bulan Suci/Ramadhan. Para ulama menyebul
Sya,ban sebagai syahrun litathhirul qalbi (=bulan untuk membersihkan
hati) untuk menyongsong bulan suci Ramadhan. Bersih-bersih dalam kenteks
tersebut adalah bertobat dari semua dosa agar dalam bulan suci tersebut kita
dapat mmerasakan kenikmatannya. Di samping itu, hati harus ditanamkan rasa
senang akan datangnya bulan suci Ramadhan karena rasa senang tersebut diberi
pahala berupa terhalangnya jasad dari api neraka pada hari kiamat.[1]
Bagaimana pun keadaan kita, apakah
kita siap atau tidak siap, maka bulan Ramadhan pastilah akan datang, dan tentu
beruntunglah orang yang sudah mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan,
karena dengan persiapan tentu saja hasilnya akan lebih baik. Berbicara tentang
persiapan, apa yang mesti kita persiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan?
Berikut ini, penulis berikan beberapa hal yang dapat kita jadikan referensi.
2. Persiapan Diri
Persiapan pertama adalah persiapan
iman. Iman adalah dasar semua amal kebaikan dan tanpanya amal kita pasti tertolak.
Dalam Alquran disebutkan “man ‘amila shalihan fahuwa mukmin” yang
berarti barang siapa beramal shalih sedangkan dia adalah mukmin… Dengan
demikian iman harus kita perbarui kembali dengan banyak berzikir. Rasulullah
bersabda, “Jaddiduu imaanakum bikatsrati qauli laailaahaillallah” (=Perbarui
iman kalian dengan memperbanyak mengucapkan laailaahaillallah [tiada
tuhan selain Allah]. Panggilan puasa juga dikhususkan bagi orang-oran yang
beriman. Allah SWT telah berfirman, “Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba
‘alaikumush shiyaamu kamaa kutiba ‘alalladziina minqablikum la’allakum
tattaquuna” (=Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian
dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa).[2]
Persiapan keimanan lain berupa
pengendalian diri sejak sekarang untuk tidak melakukan maksiat, seperti menjaga
pandangan dan lain-lain. Kebiasaan menahan diri pada bulan Sya’ban ini akan memudahkan kita menahan diri di bulan suci
Ramadhan sehingga ibadah puasa kita menjadi
sempurna.[3]
Persiapan kedua adalah persiapan
fisik. Ramadhan adalah bulan ketika kita melakukan kebaikan maka kita akan
mendapatkan pahala yang berlipat, ibadah sunnah akan mendapatkan pahala wajib
dan pahala ibadah wajib berlipat-lipat, sangat disayangkan ketika tiba bulan
Ramadhan dan kita dalam kondisi sakit, maka kita tidak bisa mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan pahala yang berlipat. Persiapan fisik bisa
dilakukan dengan cara berolah raga secara rutin serta sudah membiasakan diri
dengan puasa sunnah.[4]
Tidak kalah pentingnnya adalah puasa qadha jika tahun lalu kita masih memiliki
utang puasa.
Persiapan ketiga adalah persiapan
keilmuan. Beribadah termasuk berpuasa tanpa ilmu dapat dibaratkan berjalan
tanpa arah dan tujuan. Berpuasa tanpa ilmu puasa akan menjadikan puasa kita
akan tertolak. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya). ”Barangsiapa yang
melakukan suatu perbuatan yang bukan
urusan kami, maka ibadah tersebut
tertolak”.[5]
Hadits ini mewajibkan kita untuk berpuasa seperti yang dicontohkan Beliau SAW.
Untuk dapat memahami puasa yang benar tentu kita harus mempelajari kitab-kitab
fiqh terutama fiqhush shiyaam.
Dengan memahami tata cara ibadah puasa
yang benar kita pasti meraih pahala
karena pelaksanaannya berpedoman pada keteladanan Rasulullah SAW. Sebaliknya,
jika puasa kita asal-asalan tanpa ilmu maka puasa kita maka pelaksanaannya
tidak akan sempurna,. Puasa yang tidak sempurna pasti akan tertolak.
Persiapan keempat adalah persiapan
ekonomi. Persiapan tersebut berupa kecukupan ekonomi keluarga untuk lebih
banyak berbagi berupa bersedekah untuk fakir dan miskin serta siapa saja yang
membutuhkan. Alangkah indahnya saat kita menikmati hidangan berbuka atau saur
orang lain di sekitar kita juga merasakan
kenikmatan yang sama karena pemberian kita. Untuk menyempurnakan puasa,
kita juga membayar zakat fitrah dan zakat mal bagi yang memiliki harta yang
sudah memenuhi ketentuan nishab.
3. Penutup
Akhirnya,
untuk meraih kesempurnaan ibadah pada bulan yang suci, kita harus mempersiapkan
diri sebaik-baiknya. Persiapan diri tersebut berupa persiapan keimanan, fisik,
keilmuan, dan ekonomi.Wallahu a’lam bish shawab.
[1] Hadits Rasulullah SAW yang dinukil
dalam kitab Durratun Nashihin hlm. 7
[2] Quran surat Albaqarah: 183
[3] Duratun Nashihiin hlm. 208
[4]
Ibid
[5] H.R. Muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar