MEMAHAMI KELEMAHAN MANUSIA
1. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk Allah yang
paling sempurna. Kesempurnaannya bisa dilihat dari fisiknya yang sangat indah
dibanding makhluk-Nya yang lain. Dengan akalnya, manusia bisa menutupi tubuhnya
sehingga nampak lebih cantik atau ganteng. Begitu pula dengan jiwa artistiknya,
manusia bisa menghias dirinya menjadi lebih dari sekedar manusia tetapi nampak
seperti bidadari.
Manusia yang bisa menggunakan
kecerdasan akal dan kesucian jiwanya bisa menyamai malaikat dalam hal
kebaikannya. Dalam hal ini, Allah dengan jelasnya menyebut manusia sebagai ahsan
taqwiim (=sebaik-baik bentuk).[1]
Namun demikian, manusiaa juga dilengkapi dua potensi yang saling bertentangan
dalam satu kondisi yaitu potensi positif (taqwa) dan poptensi negatif (fujur).[2]
Itulah sebabnya, dalam kondisi yang sama, ada manusia yang berbuat baik dan ada
manusia yang buruk. Sebagai contoh, ketika menerima cobaan, ada manusia yang
sabar ada manusia yang terus mengeluh. Begitu pula, ketika menerima nikmat, ada
manusia yang bersyukur dan ada yang kufur.
Sisi kelemahan manusia perlu
dikenali sehingga muncul sikap yang arif baik manusia itu sendiri maupun
manusia yang berada di sekitarnya. Bagi diri sendiri, memahami kelemahan manusia
akan menumbuhkan sikap waspada dan berhati-hati baik dalam tutur kata,
perbuatan, ataupun sikap. Manusia semestinya bersikap bijaksana ketika
mendapati manusia lain bertutur kata, bertindak maupun bersikap yang
bertentangan dengan tatanan yang baik dan benar. Lalu apa kelemahan yang ada
pada diri manusia? Allah telah menjelaskan kelemahan tersebut dengan rinci
dalam Alquran.
2. Kelemahan
Manusia menurut Alquran
Kelemahan manusia atau bisa disebut
sebagai potensi negatif telah dijelaskan oleh Allah dalam Alquran sangat
banyak. Dalam tulisan ini, hanya akan diuraikan beberapa saja sekedar sebagai
pengantar untuk memperbaiki manusia menjadi lebih baik.
Kelemahan pertama adalah manusia
diciptakan dalam keadaan lemah ( Khuliqal insaanu dha’iifa ).[3]
Kelemahan manusia sudah diberitakan oleh Sang Pencipta, Allah SWT. Jika
dihubungkan dengan ayat sebelumnya, kelemahannya dalam hal tidak bisa mengendalikan syahwatnya
sehingga sering berbuat dan bertindak yang melampaoi batas. Ayat sesudahnya
memberikan sinyal bahwa kelemahan manusia terletak pada hal hanya berpikir
kebutuhan jasmani sehingga sering ambil makanan tanpa memperhatikan halal atau
haramnya, berkah atau madharatnya.[4]
Kelemahan kedua adalah manusia
dalam keadaan tergesa-gesa ( Wakaanal insaanu ‘ajuulaan ).[5]
Ketergesaan manusia nampak pada segera keinginannya dikabulkan oleh Allah.
Manusia yang kufur ingin segera melihat azab-Nya. Mereka menantang Rasul-Nya
untuk segera mendatangkan azab yang dijanjikan bagi yang kufur ayat padahal
Allah SWT juga mengancam untuk segera mendattangkan segera azab yang mereka
minta.[6]
Manusia juga sering permohonan dalam doanya segera dikabulkan. Doa manusia pasti
dikabulkan Allah SWT.[7]
Allah mengabulkannya dalam tiga cara, yaitu:
a. Dikabulkan
saat itu juga,
b. Ditunda
untuk diberikan di akhirat,
c. Dijauhkan
dari coba yang semestinya menimpanya.[8]
Kelemahan ketiga adalah manusia
selalu berkeluh kesah ( Innal insaana khuliqa haluu’a ).[9]
Keluh kesah itu nampak sekali ketika musibah atau cobaan menimpanya.
Kadang-kadang, saat mendapat nikmat pun masih sempat berkeluh kesah karena
dirasa kurang sesuai dengan keinginannya. Manusia tidak bersyukur bahwa hidup
itu sendiri sudah sepaket dengan nikmat yang Allah berikan bahkan mereka tidak
mampu menghitungnya. Mereka tidak memperhatikan penghuni rumah sakit karena
sakitnya, penghuni kamp pengungsian karena musibah menimpanya. Sudah
semestinya, manusia bisa bersabar saat mendapatkan musibah, dan bersyukur saat
mendapatkan nikmat.
Kelemahan keempat adalah manusia mudah
putus asa ( Innahuu lauusun kafuur ).[10]
Sudah kodratnya manusia menghadapi masalah hidup. Secara alami, manusia
dibekali insting untuk menghadapinya. Namun, manusia kadang mudah putus asa,
mengambil jalan pintas untuk keluar dari masalah. Ada manusia yang terus
berproses mendaki jalan untuk mengatasi masalah tetapi belum sampai puncak
sudah berhenti bahkan berbalik arah. Bentuk putus asa mereka adalah
bermalas-malasan setelah gagal usahanya, tidak bersemangat berusaha kembalai
setelah gagal, tampak murung /tidak ada gairah untuk berusaha, dan mudah
terpancing emosinya.
Kelemahan kelima adalah paling
banyak membantah ( Wakaanal insaanu aktsara syaein jadala ).[11]
Allah menciptakan manusia dan mengutus sebagian dari mereka menjadi rasul untuk
menyampaikan risalah atau agama-Nya.Risalah atau agama pada dasarnya adalah
pedoman untuk menjadikan manusia sebagai manusia. Namun, mereka membantah
risalah yang dibawa para Rasul SAW. Mereka yang membantah dibinasakan dan yang
beriman diselamatkan. Ingat kisah umat Nabi Nuh, umat Nabi Luth, Nabi Sholeh,
dan yang lainnya? Musibah yang menimpa sebagian wilayah bumi merupakan azab
kecil sebagai peringatan bagi manusia yang membantah perintah Allah SWT.
3. Penutup
Akhirnya, perlu disadari manusia
bahwa dirinya memiliki kelemahan yang digambarkan Allah SWT dalam Alquran
seperti diciptakan dalam keadaan lemah, tergesa-gesa, sering melampaoi batas,
berkeluh kesah, mudah putus asa, dan banyak membantah. Wallahu a’lam
bishshawab.
[1] Q.S.Attiin: 4
[2] Q.S.Syams: 8
[3] Q.S.Annisa: 28
[4] Q.S.Annisa: 27 dan 29
[5] Q.S.Alisraa:11
[6] Q.S.Alisraa: 18
[7] Q.S.Alghafir:60
[8] H.R.Ahmad
[9] Q.S.Alma’arij: 19
[10] Q.S.Hud: 19
[11] Q.S.Alkahfi: 54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar